Sabtu, 11 Agustus 2012

Pakaian Untuk Anak Jalanan, Ditutup


Dari jumat kemarin, saya sudah kemas-kemas rapi semua. Pakaian-pakaian yang di rumah saya, mau saya drop ke Ciputat. Mau digabung dengan semua pakaian yang ada di sana. Pakaian yang waktu tu terkumpul di acara bukber #pecuners masih disimpan di Jl. Bangka, Kemang. Karena waktu itu Bang Chandra sendirian dating ke bukber #pecuners.

Hari ini, pakaiannya dikumpulkan semua jadi satu di Forkas, tempat Bang Bembeng. Rencananya, hari minggu besok atau selasa mau di bawa ke basecamp Save Street Child (SSC), di Depok. Kita semua nggak menduga, pakaian sebanyak kurang lebih 60 box ini bisa terkumpul dalam waktu dua minggu. Alhamdulillah, pakaian-pakaian ini akan kami distribusikan ke dua tempat. Ke SSC, dank e KOPAJA, Komunitas Peduli Anak Jalanan di Ciputat. Nanti biar mereka saja yang membagikan ke anak-anak jalanan yang menjadi binaan mereka. Saya serahkan ke teman-teman dari SSC dan KOPAJA.


Karena hari ini, kegiatan pakaian anak Jalanan resmi ditutup, saya ingin mengucapkan banyak sekali terima kasih kepada semua teman-teman, yang membantu dan semua yang berpartisipasi untuk kegiatan ini. Buat Kak Etun, Bang Chandra, Bang Mahfud, Bang Bembeng, Bang Bana, yang dari awal membantu, mulai dari 0, sampai insya Allah nanti nyerahin box-box ini ke SSC dan KOPAJA, makasi banyak ya semua. Kita kompak!! :))

Juga untuk teman-teman yang ngumpulin, nganterin, ngirim via provider pengiriman, terima kasih banyak ya semuaaaa… Terima kasih. Untuk Angga, teman saya, makasih udah ikut bantu bikin posko di kantornya. Alhasil, tadi Angga nganter banyak banget pakaian berbox-box. Box gede pula! Makasi ya Angga. Pokoknya buat semuanya, temen-temen semua. TERIMA KASIH BANYAK YA.



Kamis, 09 Agustus 2012

#Pecuners dan #PakaianUntukAnakJalanan


Subhanallah, walhamdulillah… :’))) Barusan aja saya ngetweet, “Banyak banget yang bantu. Hamdalah... Hamdalah... Ini mah Allah yang kerja, bukan kita-kita aja. :))”. Dan beneran, Allah yang kerja, menggerakan hati setiap manusia dengan ide-idenya.

Jadi, malam kemarin Kak @Soyidiyos itu kirim DM, dia mau ngadain acara buka bareng teman-teman #pecuners di D’Fest Kemang, dan setiap mereka yang ikutan di acara itu, harus membawa pakaian minimal 3 pcs untuk disumbangin ke anak-anak jalanan. Kabar itu dilempar melalui twitter oleh Kak @Soyidiyos dkk, kira-kira, begini isi tweetnya Kak @Soyidiyos :

1. Woi PECUNERS! Tanggal 9 ikut buka puasa bersama sekaligus beramal yuk!
2. Bukber #pecuners di KFF Kemang 9/8/12 jam 5 sore. Kalau mau ikut, jangan lupa bawa minimal 3 baju untuk kita sumbangkan ke anak jalanan yah.
3. Di acara bukber #pecuners ini, kita akan bekerjasama dengan @Linabayun dalam rangka memberikan #PakaianUntukAnakJalanan
4. Siapapun boleh dateng di acara ini, tapi sekali lagi jangan lupa, bawa minimal 3 pakaian bekas layak pakai untuk disumbangkan ya..

Begitulah kira-kira ajakan Kak @Soyidiyos, ke seluruh followersnya. Brilliant!! Bahkan saya sendiri pun nggak terpikir untuk begitu di acara-acara bukber yang saya datangi atau saya rencanakan dengan teman-teman kemarin. Kehilangan moment, iya. Kekurangan ide, juga iya. Ya kira-kira begitulah saya. Hehehe. Padahal selama dari awal ramadhan, saya beberapa kali datang ke acara bukber teman-teman SMP, SMP, teman-teman kampus, teman-teman main yang lain. Tapi, yasudahlah. Alhamdulillah ada Kak @Soyidiyos yang berjaya atas ide cemerlangnya. SALUTTT!!

Dan tadi udah ramai banget di twitter, pada foto-foto bawaannya, ini itunya. Ini yang pertama di twitpict, dari @NDIGUN dan @Ranume.

“Satu kantung bajuku dan baju @ranume buat #pecuners petang ini. Semoga sampai ke tubuh yang tepat. ^.^” - @NDIGUN


Beberapa teman yang mention membuat saya menyesal tidak bisa datang. Maaf karena satu dan lain hal, saya nggak bisa hadir untuk sekedar mengucapkan terima kasih di depan teman-teman, tapi darimana saja, rasa terima kasih itu lebih dulu muncul sebelum kehadiran saya sekalipun. Terima kasih untuk semua yang datang dan membawa pakaian berkantung-kantung banyaknya, juga untuk penggagas acara ini yang keren abis idenya.


Saya yang tadi diwakilkan Chandra, mengucapkan terima kasih banyak banget-banget ya kesemuanya. Hehehe. Makasi baju-bajunya. Seperti rencana sebelumnya, pakaian itu akan saya berikan ke teman-teman pengurus Save Street Child di Margonda, Depok. Kemudian pakaian itu langsung didistribusikan ke anak-anak jalanan yang berada di bawah pengawasan mereka. Jika teman-teman semua menaruh harap pakaian-pakaian tersebut akan jatuh ke tangan yang tepat, insya Allah, saya menjamin semuanya dengan pengawasan langsung dari Allah. Semoga pakaian-pakaian itu jatuh tepat ke mereka yang membutuhkan.

Saya dapat kabar langsung dari Chandra, katanya, pakaian-pakaian tersebut sebanyak 10-15 dus air mineral. Alhamdulillah. Dan sementara pakaian-pakaian itu masih disimpan di Jalan Bangka, karena terbatasnya kendaraan untuk membawa pakaian sebanyak itu, akhirnya Chandra menyimpan sementara di Jalan Bangka, tempat yang juga dipercaya Bang Chandra. Jangan khawatir, :”) Insya Allah sabtu saya dan yang lain akan menjemput, dan minggu saya akan menyampaikan semua pakaian yang berada di rumah, di Ciputat, dan di Jalan Bangka ke pengurus Save Street Child.


Teman-teman yang baik, sekali lagi terima kasih atas seluruh partisipasinya ya. :")

Rabu, 08 Agustus 2012

Jemputin Pakaian. \o/

Ini hari pertama dan terakhir jemputin pakaian ke beberapa tempat. Sebelumnya sih pernah jemput ke tempat temen, tapi nggak pernah seserius hari ini yang bener-bener dapet se-bagasi mobil. FULL! Gilaaak! =))


Hari ini saya duet maut sama Kak Etun, pacarnya Bang Bembeng yang habis lebaran nanti mau dilamar, terus nikahnya bulan november tahun ini. Bikin iri nggak tuh? Saya yang sama-sama anak 2007 sama Kak Etun aja masih single, eh… doi udah mau dinikahin aja november besok? Sedaaap! “Gue kalah jauh sama elo, Kak! Kalaaah! Hahaha.”

Saya sama Kak Etun janjian di Tamini Square, tempat paling tengah-tengah antara rumah saya dan Kak Etun kalau kea rah Jak-Sel. Janjian di Tamini, lebih tepatnya janjian di J.Co. Silakan tebak sendiri, siapa yang puasa, dan siapa yang nggak puasa. :p Oke, kita janjian di Tamini Square, dari sahur janjiannya jam 9 di sana, ujung-ujungnya jam setengah dua belas baru ketemuan di J.Co. Hahaha. Janjian macam apa ini? Phft.

Dari tamini, kita berdua meluncur ke Ciputat dan Bintaro. Kita jemput yang di daerah ini-ini aja. Banyakan sih teman-temsnnya Kak Etun, sisanya lagi, teman-teman dari twitter yang udah janjian mau ketemuan hari ini.




Jemput kesana-kemari, akhirnya berhenti di kosan Bang Makki dam Bang Bana. Istirahat di sana, ujung-ujungnya, buka puasa di PH. Ada kejadian tak terduga begitu menjelang buka puasa. Jadi ceritanya, saya dan yang lain sudah diujung waktu buka. Bingung mau makan di mana. Tadinya mau ke PIM, tapi males. Belum macetnya, belum nyari parkirnya, belum nanti di PIM antri makanannya, nyari tempat yang kosong. Aduh, pokoknya nggak ngebayangin deh kalau mau buka di PIM, tapi jam setenngah enam sore masih di kosan.

Akhirnya kita alternative, “yaudah makan di PH aja, yang deket.” Jalan lah kita ke PH. Ada saya, Kak Etun, Bang Chandra, Bang Mahfud, dan Bang Bana nyusul. Jalaaan… pas sampai di depan PH, loh, kok sepi banget! X) Iya dong kita udah seneng aja, tempatnya sepi gitu. Saya pikir, setiap hari emang sesepi hari ini, tapi begitu saya parkir, tukang parkirnya bilang, mbak, tapi ovennya rusak, jadi pisanya nggak bisa di-order. DYAAARRRRRRR!! Pantesan sepiii… Nggak taunya rusaaak. \(“_ _) Tapi, atas pertimbangan waktu buka puasa semakin dekat dan males pindah-pindah tempat, akhirnya kita makan seadanya. Hanya bisa sup-salad, beberapa pasta dan spaghetti, plus menu minuman yang lengkap. Selain itu, nggak bisa order. Hehehehe. Lumayan menguji kesabaran. Tapi nggak apa-apa lah, tetap enak karena dibayarin sama Bang Chandra. “Thank you, Brader!” :D

Lantas kemana kita setelah selesai makan-makan di PH?

Ke rumah saya! Yup, Kak Etun ke rumah saya. Menginap dengan agenda, packing dan sortir pakaian; mana pakaian anak-anak, mana pakaian dewasa. Sampai di rumah, saya dan Kak Etun langsung keringetan. Pertama nurunin pakaian sebagasi mobil, kedua, naikin pakaian sebagasi itu ke lantai dua depan kamar saya. Mhehehe. Lumayan. Buat ukuran cewek, ini lumanyun. :p





Pakaian itu seabrek-abrek banyaknya. Belum lagi yang kemarin-kemarin yang belum sempat di sortir. Dan sampai kurang lebih jam dua pagi, saya sama Kak Etun berbenah pakaian-pakaian itu. Tapi Kak Etun curang, dia tepar duluan. Akhirnya saya sendiri yang gedebukan ngepak-ngepakin baju ke kardus, ngelakban, dan namain. - -“ Ini sebenarnya menyiksa, tapi konsekuensi. Yakali, depan kamar mau berantakan baju-baju sampai tanggal 12 agustus, kan? :’|



Setelah selesai, saya sahur. Besoknya tidur seharian. Bangun-bangun jam empat sore. Kalau Kak Etun sendiri kayaknya udah bangun dari jam Sembilan pagi, terus nggak tau lagi dia ngoprek apa aja di kamar sambil internetan. Saya tetap bobok-bobok elegan. Etapi, kayaknya Kak Etun ikut tidur siang juga deh, soalnya tempat tidur sempat sempit beberapa waktu. :D


Selasa, 31 Juli 2012

Kiriman Pakaian-Pakaian.


Kiriman pakaian datang hampir setiap hari, satu hari, paling tidak ada satu box/kantung pakaian yang datang ke alamat rumah di Bungur. Alhamdulillah, yang sudah terbungkus rapi di dalam kardus, pakaian itu tidak saya bongkar-bongkar lagi. Tetap rapi di dalam. Hanya kirima yang datang dalam kantung, baru saya sortir lalu saya masukan ke dalam kardus. Capek sih, tapi seru. Capek saya tiba-tiba hilang waktu saya membayangkan ada senyum yang mengembang dari wajah anak-anak jalanan nanti. Insya Allah. :”) 

Minggu, 29 Juli 2012

#PakaianUntukAnakJalanan on Twitter

Bacanya dari bewah sekali, ke atas. :p





Saya nyesel juga sih, nggak capture waktu teman-teman di twitter lagi rame-ramenya ngomongin #PakaianUntukAnakJalanan. Ya walaupun nggak se-ramai waktu ngomongin #kemudianhening, #sawityowit, atau #jugaapdet, tapi lumayan, ada hashtag berkeliaran di timeline saya dan tab mention saya. Mungkin di tempat teman-teman juga, sedikit. Tapi ngomong-ngomong, makasi banyak ya semua. Saya terharu loh, hehehe. Hugs! 


Minggu, 22 Juli 2012

Fixed; Hashtag “Pakaian Untuk Anak Jalanan”.


Dua orang teman menyetujui apa yang menjadi kegelisahan saya malam itu. Bagi saya, cukup dukungan dari keduanya, sisanya, biar bagaimana Allah yang mengaturnya. Saya kemudia broadcast ke beberapa teman melalui bbm dan whatsapp. Aplikasi unlimited yang sangat bisa dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan seperti ini. Saya kirim pesan ke beberapa teman untuk mengajak mereka berkoordinasi, rata-rata memang teman saya di Ciputat. Mereka setuju. Lalu kami bersama-sama merumuskan skema, bagaimana dan akan seperti apa kegiatan ini.

Nguprek-nguprek pikiran, mengutak atik kata dan kalimat, akhirnya jadilah pesan ini yang kemudian saya kirim ke beberapa teman melalui email:




Alhamdulillah lagi, email dibalas sesuai harapan dan saya, juga teman-teman akan mulai bergeriliya sejak sahur. Memberikan informasi secara bersamaan di twitter via akun twitter kami masing-masing. Mengajak beberapa teman melalui japri; bbm, whatsapp, sms, atau face to face. Begitulah. :”)

Hari ini saya bersyukur, memiliki teman-teman yang sangat baik, yang mau bersama-sama mendukung apapun kegiatan positif yang kami ingin lakukan. Saya dan teman-teman saling mendukung. Insya Allah akan selalu seperti ini dalam hal kebaikan. 


Kamis, 19 Juli 2012

Awal Mula Pakaian Untuk Anak Jalanan


Benar kata Bang Chandra ketika pertama kali Bang Chandra ngetweet dengan hashtag #PakaianUntukAnakJalanan, Bang Chandra bilang, kegiatan ini berawal dari kegelisahan @Linabayun teerhadap nasib anak-anak jalanan. Ya, kegiatan ini memang berawal dari kegelisahan saya ketika melihat anak-anak masih harus berada di jalanan di waktu yang tidak seharusnya.

Cerita singkatnya, ketika itu, saya sedang bersama dengan adik-adik saya,  kami main seperti biasa, kebetulan, siang itu adik-adik saya mengajak saya untuk karaokean di Kelapa Gading. Hari itu hari kamis, hari paling galau sedunia dalam menyambut ramadhan. Galaunya karena belum tau puasanya hari jum’at atau hari sabtu. Semua warga negara menunggu kepastian Departemen Agama untuk mengumumkan tanggal 1 Ramadhan jatuh di hari apa. Semua umat menunggu hilal, termasuk saya.

Selesai karaokean, sekitar pukul tujuh malam, saya dan adik-adik lalu keluar meninggalkan tempat karaoke itu. Lantas apa yang saya lihat di pintu tempat karaoke semeriah NAV di Jalan Boulevard Kelapa Gading? Saya melihat seorang anak kecil, sekitar kelas 1 SD, berpakaian lusuh, polos, dan kurus itu duduk merenung di depan pintu. Dia tidak meminta apapun dari setiap orang yang lewat. Dari sana justeru saya melihat keihklasan seorang anak menjalani kehidupannya. Apapun, yang penting saya jalani. Begitu pesan yang ia siratkan, yang mampu saya tangkap dengan naluri saya sebagai seorang kakak.

“Adik, di sini terus?” tanya saya, begitu saya mendekati mereka. Anak itu mungkin kaget, lalu berdiri menghadap saya. Dia hanya menganggukan kepala untuk menanggapi pertanyaan saya tadi. “Mana teman-temannya, Dik?” tanya saya.

“Nggak ada,” katanya. Sungguh saya bertanya dalam hati, jika memang Tuhan Maha Baik, mengapa Beliau menjadikan anak-anak ini hidup di jalanan, malam-malam, dan sendirian. Hati saya sakit melihat kenyataan seperti ini. Tapi saya juga tidak mungkin mengingkari kasih sayang Tuhan. Mungkin Tuhan punya cerita sendiri mengapa anak semanis itu harus berkeliaran di jalan raya, dengan alat kecrekan sederhana di tangannya.

Tidak ada alasan saya untuk tidak bersyukur dengan semua yang saya terima sampai hari ini. Segala pinjaman dan pemberian dari Allah Ta’ala membuat saya berpikir, pantaskah saya, jika suatu hari nanti saya menerima kesulitan, lalu saya merenung dan bertanya, mengapa harus terjadi pada saya? Pantaskah saya menanyakan takdir-takdir yang tidak saya inginkan, padahal itu yang terbaik untuk saya? Atau mungkin sedikit lebih baik dari yang lain. Hati saya terus berteriak, “kenapa harus anak-anak?” Tapi tetap, saya tidak menemukan jawabannya , walau sudah sekencang apapun saya berteriak.

“Kamu sekolah kelas berapa Dik?” tanya saya lagi. “Nggak sekolah,” jawabnya. Sekilas saya marah pada negeri ini, dimana pertanggung jawaban mereka atas Undang-Undang Dasar Negara 1945 dalam pasal 34 ayat 1 “fakir miskin dan anak yang terlantar dipelihara oleh negara”. Pada kenyataannya, hari ini negara lebih memilih memelihara koruptor ketimbang fakir miski atau anak terlantar. Tapi kalau saya menunggu negara yang mengurus mereka, sampai berapa banyak anak terlantar lagi menunggu negara berbuat dan memihak mereka? Persetan terhadap semua undang-undang!! Mungkin undang-undang hanya dianggap rhyme oleh semua pejabat negara.

“Tunggu disini sebentar Dik, sebentar jangan kemana-mana dulu ya,” pinta saya pada anak laki-laki itu. Saya lihat, dia memperhatikan saya. Lalu saya memanggil adik-adik saya yang masih berada di dalam Nav itu. Saya memanggil Dinda dan Andika, adik saya yang masih SMP kelas 3 dan SD kelas 3 itu. Saya berikan ke keduanya uang masing-masing sepuluh ribu. Lalu saya katakana kepada mereka untuk diberikan kepada anak kecil yang berada di depan pentu. Ya, anak jalanan yang berbaju lusuh itu. “Dinda sama Dika, ini kasing uang ke anak itu,” sambil saya menunjuk kea rah anak laki-laki kecil itu. “Biar kenapa Mbak, kok Dika?” tanya Andika. “Udah kasih aja dulu, nanti aku certain di mobil,” kataku. Lalu mereka berdua mengikuti apa yang aku perintahkan.

Saya menunggu dari jauh, bukan karena apapun, tapi saya ingin mengajarkan adik-adik saya untuk berbagi, untuk lebih membuka mata, ada anak-anak yang lebih susah dari kita. Nggak perlu takut atau sungkan berbagi dengan orang yang tidak kenal, berikan semampu kita. Lalu di jalan menuju pulang, saya bercerita mengenai anak itu, itung-itung member nutrisi untuk adik-adik saya, supaya kelak mereka dewasa memiliki rasa berbagi yang tinggi terhadap sesame. Respect terhadap lingkungan sekitar.

Kegelisahan itu, ternyata terbawa sampai di rumah. Tidak sengaja tersimpan di dalam benak saya. Saya adalah tipe orang yang krasak-krusuk grabak-grubuk, akhirnya, saya langsung menceritakan hal ini ke dua teman saya; Arham dan Bang Chandra, Alhamdulillah, mereka berdua respect dengan keinginan saya. “Aku setuju, lanjutin aja Lina, aku bantu sebisaku.”

Begitu mendapat persetujuan dari kedua temanku, sudah tidak ada lagi alasan bagi saya untuk tidak mengeksekusi rencana baik ini. Akhirnya, dengan niat baik, saya mulai menyebarkan informasi bahwa saya dan teman-teman akan mengadakan kegiatan mengumpulkan pakaian baru atau pakaian layak pakai untuk diberikan kepada anak-anak jalanan. Teknisnya bagaimana, saya memikirkan itu sambil berjalannya waktu.

Hari ini, saya masih menimbang baik-buruknya, bagaimana teknis mengumpulkannya, batas waktu, tempat penyaluran, dan teman yang mau diajak bekerja sama secara sukarela. Saya mengandalkan Allah dalam kegiatan ini. Bismillah mudah-mudahan banyak yang ikutan dan manfaatnya untuk anak-anak jalanan.  Semoga ke depan, ada jalan untuk kegiatan ini. Bismillahirrohmanirrohim…